Mengenal AMD RYZEN Extended Frequency Range(XFR): ‘Overclock’ Otomatis?
Prosesor AMD RYZEN yang baru saja diperkenalkan pada ajang ‘New Horizon’, menunjukkan bahwa AMD berpotensi untuk kembali mengguncang dunia IT dengan prosesor beperforma tinggi. Tidak tanggung-tanggung, AMD menunjukkan dua buah demo yang menunjukkan bahwa prosesor RYZEN mereka bisa bersaing, bahkan bisa mengalahkan prosesor Intel Core i7-6900K yang berharga 1000 USD lebih!
RYZEN sendiri memiliki beberapa fitur unik yang langsung menjadi topik diskusi hangat para enthusiast PC di seluruh dunia, yang diberi nama AMD SenseMI Technology.
AMD SenseMI Technology diklaim merupakan kunci dibalik performa RYZEN, yang terdiri dari:
- Neural Net Prediction
- Smart Prefetch
- Pure Power
- Precision Boost
- Extended Frequency Range
Dari kelima fitur di atas, ada satu bagian dari teknologi tersebut yang terasa familiar dengan kami para overclocker, yakni Extended Frequency Range(XFR).
Extended Frequency Range(XFR) adalah salah satu fitur dari AMD SenseMI, yang diklaim bisa mengijinkan clockspeed CPU yang berbeda berdasarkan cooling yang digunakan, bahkan melewati clock normal yang ditentukan AMD. Slide dari AMD mengatakan bahwa penggunaan cooling yang berbeda(aircooling, watercooling, dan LN2 cooling), akan mempengaruhi clock prosesor mereka, walau tidak disebutkan seberapa jauh.
Sebelum membahas XFR lebih lanjut, XFR ini juga nampaknya bekerja sama dengan dua buah fitur lain dari SenseMI, yakni Pure Power, dan juga Precision Boost.
Pure Power
Fitur Pure Power nampaknya merupakan implementasi dari serangkaian sensor yang memonitor suhu, kecepatan prosesor, dan voltase. Ini nampaknya nanti digunakan untuk mengatur kecepatan(Mhz) dan voltase(VCore) prosesor, bergantung pada keadaan yang ada. Load yang diberikan, konsumsi daya, dan juga suhu prosesor yang dibaca sensor dan management unit pada Ryzen akan menentukan seberapa kencang prosesor ini akan berlari.
Sebagai contoh sederhananya, pada 3 skenario load yang berbeda seperti:
- load Prime95 AVX, atau
- Single-threaded Geekbench 3 test, atau
- Multi-threaded Cinebench R15 test
Maka clockspeed dan voltase pada prosesor RYZEN akan berbeda-beda saat menangani ketiga beban yang berbeda di atas ini.
Precision Boost
Bersamaan dengan fungsi Pure Power, ada sebuah metode kontrol frekuensi tambahan(‘boost’) yang bernama Precision Boost.
Precision boost akan mengatur interval clockspeed pada Ryzen sesuai dengan data yang diberikan oleh sensor Pure Power. Pada umumnya interval clockspeed yang ada pada kebanyakan prosesor adalah 100Mhz (karena ini BCLK umum yang digunakan platform Intel mainstream sejak tahun 2011), namun yang istimewa di sini adalah Precision Boost dapat memperkecil interval tersebut hingga 25Mhz. Ini berarti, dengan kerjasama sensor Precision Boost dan Pure Power, AMD Ryzen dapat memaksimalkan efisiensi daya pada prosesor-nya, untuk mengalokasikan clockspeed & voltase secara dinamis untuk selalu disesuaikan dengan load yang diterima prosesor.
Catatan: Sebagai informasi tambahan, berbagai teknologi dan metoda yang serupa untuk membuat kecepatan prosesor disesuaikan dengan keadaan, sudah pernah diterapkan pada hardware generasi-generasi sebelumnya, seperti contohnya Intel Turbo Boost, AMD TurboCore, dan GeForce Boost.
XFR: Overclock Otomatis?
Kembali pada pembahasan XFR, ketika fitur Pure Power dan Precision Boost bisa dibilang merupakan implementasi adaptive clockspeed yang lebih efisien serta akurat berkat banyaknya sensor yang diletakkan pada CPU RYZEN, tentu penerapan XFR berpotensi untuk memaksa clockspeed RYZEN lebih tinggi dari base speed pabrikan.
Mengingat bahwa AMD secara gamblang menyebutkan bahwa XFR akan mengijikan clock di atas Precision Boost, dan XFR memiliki hubungan yang sangar erat dengan suhu, maka kami bisa berasumsi bahwa XFR adalah metoda untuk AMD Ryzen mengejar performa lebih tinggi untuk memaksa prosesor tersebut berjalan di atas base speed-nya, selama cooling-nya mengijinkan ,dan tentunya masih dalam batas aman. Kami sendiri belum mendapat informasi apakah XFR ini bisa dioperasikan secara lama (sustained clockspeed), atau hanya sebentar untuk load yang mendadak (‘burst’ load).
AMD mengatakan XFR bisa berjalan secara otomatis, Jadi, mungkin istilah ‘overclock otomatis’ ini bisa dibilang valid, walau kami sangat berharap ada opsi untuk melakukan fine-tuning lebih jauh terhadap variabel di XFR ini. Kami sendiri penasaran apakah XFR ini akan ‘mengganggu’ overclocking manual, atau malah membantunya.
Untuk menjawabnya, kami harus menunggu sample RYZEN datang ke lab JagatOC pada Q1 2017 nanti. Simak terus berbagai pembahasan overclocking pada prosesor terbaru, hanya di JagatOC!