Overclocking & Review : MSI MAG B550 TOMAHAWK (Feat. Ryzen 9 3950X)
B550 TOMAHAWK: Result
Berikut ini adalah berbagai pengujian yang kami lakukan dan hasilnya:
Note 16/6/2020 – Kami masih akan melakukan update sampai 18 Juni 2020
Performance Reference / Default
CPU Performance : Ryzen 9 3950X on Cinebench R15
Gen4 SSD Performance : Seagate FireCuda 520 1TB Gen4 – CrystalDiskMark 6.0.2
Gen4 GPU PCIe Bandwidth – 3DMark PCI Express Feature Set
GPU 16x Gen 4 , running on PCIe 16x Gen4 – 25.64 GB/s
Comparison – GPU 16x Gen 4 , running on PCIe 16x Gen3 – 14.06 GB/s
Overclocking – CPU Setting
Precision Boost Overdrive (PBO)
AMD memiliki fitur overclocking mudah bernama Precision Boost Overdrive.
Dengan meng-enable PBO pada BIOS seperti di atas, Power dan Current Limit dari prosesor akan ditingkatkan, sehingga clockspeed CPU juga akan meningkat secara otomatis.
Dengan ini, PBO akan melakukan overclocking CPU pada kondisi Multi-core, tanpa mengganggu clockspeed single-core boost.
Ini adalah cara termudah overclocking prosesor AMD, dan jika Anda memiliki motherboard yang bisa memberikan power extra dan solusi cooling yang baik, kami bisa menyarankan Anda menyalakan fitur ini.
MSI GAME BOOST
MSI memiliki sebuah fitur overclocking yang bisa diaktifkan hanya dengan one-click bernama MSI GAME BOOST.
Dengan menyalakan Game Boost, MSI akan secara otomatis membuat prosesor berjalan pada 3.95 Ghz All-Core, dengan CPU Voltage 1.35V, Fan Speed Full-speed.
Manual Overclocking
Kami sering mengatakan bahwa Overclocking pada Zen 2 memiliki banyak ‘syarat dan ketentuan berlaku’.
Zen2 umumnya memiliki headroom OC yang relatif kecil, belum lagi saat melakukan manual overclocking, Anda hanya bisa melakukan setting overclocking untuk ALL-Core (walau masih bisa di-tune per CCX)
Ini adalah keterbatasan setting overclock pada prosesor AMD – Anda tidak bisa men-setting kecepatan CPU sesuai dengan jumlah core yang sedang di-load (ini sudah bisa dilakukan Intel beberapa generasi lalu).
Dengan keadaan seperti ini, bisa jadi dengan melakukan all-core OC , Anda berpotensi menurunkan performa single-threaded-nya jika setting OC All-core Anda di bawah clockspeed precision boost. (ini sebabnya Precision Boost Overdrive diciptakan)
Ryzen 9 3950X memiliki Max boost sekitar 4.7 Ghz, namun kami jelas tidak bisa melakukan OC ke 4.7Ghz all-core. Setting tertinggi yang bisa kami jalankan adalah 4.3 Ghz di 1.35v.
(catatan: 1.325 – 1.35v VCore dikenal sebagai batas atas Voltage yang bisa diaplikasikan CPU Zen2)
Berikut setting yang kami jalankan:
- CPU Ratio Apply Mode: All Core
- CPU Ratio : 43
- CPU Core Voltage Mode: AMD Overclocking
- Override CPU Core Voltage: 1.35V
- CPU Loadline Calibration: Level 5
- A-XMP : Mode 1
Berikut screenshot BIOS-nya:
Overclocking – CPU Performance & Power – Overclocking vs default
Berikut ini performance dari benchmark sintetis Cinebench R15 saat sistem di-overclock
Terlihat bahwa overclocking manual Ryzen 3950X ke 4.3Ghz memberikan performa multi-core terbaik, walau ini harus dibayar dengan konsumsi daya yang meningkat jauh, dan turunnya single-threaded performance.
MSI GAME BOOST menunjukkan peningkatan performa minimal pada multi-core, dan performance hit yang parah di single-core, kami tidak bisa merekomendasikan OC dengan game boost.
PBO nampak menjadi mode overclocking yang paling baik dari segi performance single-core dan multi-core, walau peningkatannya relatif minim.
Experimental Feature – BCLK OC?
Terlihat di atas, kita bisa mengubah FCH Base Clock pada B550 dengan range yang lebih luas dari X570.
BCLK OC adalah fitur experimental yang sampai saat ini masih belum stabil, namun potensi performa-nya cukup menarik.
Dengan OC BCLK ke 103Mhz, kita bisa mendapat peningkatan pada single-core, dimana 3950X-nya bisa mendapat Cinebench R15 single-core performance di angka 223 CB, ini sekelas Intel Core i9-9900K 5Ghz!
Perlu diketahui, periferal PCIe Gen4 akan mempersulit BCLK OC, dan bahkan kami ‘terpaksa’ mengganti GPU kami ke sebuah GTX 1650 yang memiliki mode Gen3 untuk membuat sistem bisa booting.
Kami berharap di masa mendatang BCLK OC seperti ini bisa dilakukan dengan lebih mudah dan lebih stabil, karena saat ini fitur ini masih belum layak digunakan harian.
Max BCLK : 110 Mhz
Kami bisa boot ke OS dengan BCLK 110Mhz (dengan mendisable Turbo pada CPU), namun ini sangat tidak stabil, dan seringkali SSD kami tidak bisa di-deteksi saat BCLK OC dilakukan.
Overclocking RAM & Compatibility Test
XMP
Menghidupkan XMP cukup mudah di BIOS MSI dengan menu A-XMP.
MSI menyebutkan mereka memiliki 1 mode (mode 1 dan Mode 2), namun saat pengujian ini berlangsung, tidak ada perbedaan antara keduanya.
Peru diketahui, setting FCLK pada MSI B550 TOMAHAWK akan sinkron 1:1 mengikuti setting RAM sampai dengan kecepatan DDR4-3600 (yang berarti FCLK-nya 1800Mhz), jika RAM kit Anda menggunakan kecepatan lebih tinggi dari DDR4-3600 (seperti G.Skill TridentZ 3800 yang kami tes), maka FCLK Anda tetap akan AUTO di 1800Mhz, membuat memory anda berjalan pada mode ‘asinkron’ 1:2.
Jadi, kalau Anda menggunakan RAM dengan kecepatan di atas DDR4-3600, Anda perlu melakukan setting FCLK Manual Jika Anda tidak ingin kehilangan performa dan Latency.
XMP DDR4-3800 CL14 – FCLK AUTO
Read: 54.6 GB/s
Copy: 56.9 GB/s
Latency: 75.4 ns
XMP DDR4-3800 CL14 – FCLK MANUAL 1900Mhz
Read: 57 GB/s
Copy: 57.4 GB/s
Latency: 65.7 ns
Compatibility Test
Kami mencoba melakukan berbagai pengujian stress test singkat dengan MemTest pada konfigurasi RAM high-end.
Berikut ini beberapa hasilnya:
G.Skill TridentZ Neo DDR4-3800CL14 2x8GB
(Samsung B-die 8 Gbit Single- Rank, 1-DIMM Per Channel, Dual-Channel)
G.Skill TridentZ DDR4-3600CL16 4x8GB
(Samsung B-die 8 Gbit Single- Rank, 2-DIMM Per Channel, Dual-Channel)
G.Skill TridentZ Neo DDR4-3600CL18 2×32 GB – Overclocked to DDR4-3800CL18
(Hynix 16 Gbit Dual-Rank, 1-DIMM Per Channel, Dual-Channel)
VRM Temperature
Suhu komponen VRM merupakan satu aspek yang penting bagi pengguna di kelas ini. Motherboard mainstream AMD generasi sebelumnya kadang sulit menjaga suhu MOSFET saat menghadapi prosesor high-end dengan TDP tinggi.
Kali ini kami mencoba menyiksa VRM B550 TOMAHAWK dengan Ryzen 9 3950X 16-core!
Metode Pengukuran
Pengukuran suhu VRM kami dijalankan menggunakan HWINFO dengan sensor Nuvoton NCT6687D yang menunjukkan nilai sama dengan yang dibaca oleh MSI Dragon Center Software.
Kami juga mencoba melakukan checking dengan sebuah K-Type sensor, dan pembacaan yang kami dapatkan sedikit lebih dari sensor motherboard, menunjukkan kalau pembacaan VRM Temperature sensor-nya tergolong akurat. Suhu ruangan kami jaga pada 25C.
Software pengujian
Kami menggunakan 2 skenario pengukuran, yakni:
Blender 2.82 Render (Classroom Project)
Prime95 Small FFT AVX – 20 Menit
(Catatan: Load Prime95 SmallFFT AVX seperti ini akan memberikan beban yang SANGAT berat ke prosesor, dan test seperti ini umumnya sudah tidak mencerminkan real-world load)
Berikut hasilnya:
Suhu VRM terjaga sangat baik pada keadaan PBO atau manual OC sekalipun, JAUH lebih baik dari yang kami harapkan.
Sayangnya di Prime95 SmallFFT AVX, CPU kami yang di-OC ke 4.3Ghz tidak cukup stabil untuk menjalani pengujian karena suhu prosesor-nya menyentuh 99C (dan kegagalan ini bukan karena suhu VRM-nya!)
VRM Torture Test – Heatsink VRM Dilepas!
Karena kami merasa pengujian kami ‘kurang berat’, maka kami mencoba sebuah hal yang agak absurd di sini, yakni melepas HEATSINK mosfet-nya.
Berikutnya, kami menjalankan Prime95 SmallFFT AVX dengan keadaan CPU PBO Aktif, ini adalah kondisi worst-case yang benar-benar tidak masuk akal, dan kami menguji ini hanya untuk melihat seberapa jauh MOSFET-nya bisa bertahan.
Hasilnya cukup mengejutkan:
Ya, dengan siksaan seperti ini pun suhu MOSFET masih bertahan pada range 80C-an, TANPA HEATSINK.
Ini menunjukkan kalau MSI B550 TOMAHAWK benar-benar memiliki solusi VRM yang luar biasa tangguh.
Kesimpulan
B550 bisa dibilang sebagai chipset pertama yang dibuat secara khusus mendukung prosesor keluarga AMD Zen2 7nm ‘Matisse’. Ini membuat motherboard tersebut tidak bisa dijadikan sarana ‘upgrade’ motherboard bagi pengguna prosesor generasi lama, seperti AMD Zen+ 12nm ‘Pinnacle Ridge’ atau AMD ‘Picasso’ APU. Dan artinya calon pengguna B550 kemungkinan besar akan membeli sebuah sistem baru, berbasis Ryzen Zen2 7nm CPU tentunya.
Hal utama yang ditawarkan pada B550 adalah dukungan PCIe Gen 4, dan juga sebuah janji bahwa platform ini akan memiliki dukungan prosesor AMD Next-gen ‘Zen3’.
Memory Compatibility
Bermodalkan 6-layer PCB dan layout DIMM daisy-chain, B550 Tomahawk sanggup menjalankan beberapa konfigurasi RAM yang cukup high-end seperti DDR4-3800 CL14 2x8GB yang bisa dibilang salah satu konfigurasi RAM tercepat pada sistem berbasis Ryzen Zen2.
Anda yang ingin menjalankan konfigurasi 4-DIMM (2-DIMM per channel, dual-channel), juga nampaknya masih bisa menjalankan konfigurasi DDR4-3600 tanpa masalah. Yang terakhir, kami mencoba RAM dengan density tinggi dengan chip 16Gbit sebuah kit 2x32GB, dan ini masih bisa beroperasi hingga DDR4-3800 (dengan FCLK 1900Mhz sinkron tentunya).
MSI mengklaim bahwa B550 TOMAHAWK memiliki kemampuan menjalankan DDR4 dengan speed tinggi pada mode 1:2 (lebih dari DDR4-4800 sampai DDR4-5000!), namun kami belum mencoba konfigurasi asinkron untuk mencapai DDR4-4600+ saat pengujian ini berlangsung(dan performa DDR4-4600 di mode 1:2 umumnya akan kalah dengan DDR4-3800 sinkron 1:1).
Basic Board + STRONG VRM
Selayaknya board kelas mainstream, tidak banyak opsi ‘bling’ di motherboard ini : tidak ada onboard button, debug LED yang tersedia hanya basic, tidak ada opsi konektivitas yang berlebih(bahkan tidak ada wi-fi yang sekarang sering ada di board kelas menengah).
MSI MAG B550 Tomahawk mencoba menawarkan fitur utama yang dicari calon pengguna B550: dukungan PCIe Gen 4 (pada CPU Storage dan Graphics), dan sebuah desain VRM tangguh yang sanggup menghadapi sebuah 16-core sekalipun.
Kami sekali lagi kagum dengan suhu operasional MOSFET di board ini, karena dengan sebuah 16-core yang dioverclock manual pun suhu VRM-nya terbilang rendah. MSI Mengatakan bahwa ini tercapai karena berbagai hal, mulai dari penggunaan MOSFET dengan efisiensi tinggi, lalu desain cooler MOSFET yang begitu ‘beefy’, dan juga 2oz PCB pada area VRM untuk memudahkan penyebaran panas yang lebih optimal.
Dengan VRM sekuat ini, jika Anda memiliki CPU Cooler yang memadai, Anda bisa menghidupkan Precision Boost Overdrive dan membiarkan ini menyala, karena motherboard ini akan mudah sekali menangani beban-nya.
Catatan tambahan : 1×8-pin Power
Satu hal yang mungkin menjadi titik pertimbangan tambahan bagi pengguna adalah power connector CPU EPS 12V yang hanya ada 1×8-pin, bukan 8+4 atau 2x 8-pin yang biasanya ada di board kelas atas.
Perlu diketahui, konektor 8+4 atau 8+8 yang digunakan board kelas atas biasanya akan berguna bagi untuk skenario Extreme Overclocking dengan Liquid Nitrogen, sedangkan bagi pengguna biasa, konektor power ekstra ini guna-nya adalah untuk ‘meringankan’ beban per konektor, menjaga suhu kabel 8-pin power dan juga suhu konektornya.
Pada skenario penggunaan harian dengan sebuah 3950X 16-core, berasumsi Anda menyalakan PBO dan sistem di-load sangat berat, biasanya anda akan menemukan beban sekitar 200-220W (16-18A) pada konektor daya 8-pin 12V. Konektor power 8-pin umumnya bisa menangani beban setidaknya 336W (8-pin connector memiliki 4x wire 12V, per wire bisa menangani setidaknya 7A), sehingga ini masih masuk batas toleransi, apalagi kalau Anda menggunakan kabel 16AWG yang biasanya ada di power supply kelas menengah-atas.
Penutup
Board B550 TOMAHAWK nampak merupakan peningkatan yang massive dari B450 Tomahawk sebelumnya, walau semua peningkatan ini membuat price range-nya akan sedikit bergeser.
Kami mendapatkan informasi bahwa harga unit ini di Indonesia saat launch ada di kisaran RP. 3.249.000.
Tertarik dengan board ini?
Sampai jumpa di pengujian kami yang berikutnya!
Baca Juga:
Review MSI B450 TOMAHAWK (Feat. Ryzen 7 2700X)