10 Mitos Salah Seputar Overclocking (2015)
Mitos 6: OC Tidak Bisa Dikembalikan Ke Keadaan Normal

Pernah mendengar istilah ‘Clear CMOS‘? Secara singkat, Clear CMOS merupakan sebuah proses untuk mengembalikan semua setting dalam motherboard ke keadaan ‘factory reset’. Jika ada setting yang gagal dimuat sehingga mengakibatkan gagal booting, umumnya Anda hanya perlu melakukan ‘Clear CMOS’ ini untuk mengembalikan semua setting ke semula.
Umumnya, Clear CMOS bisa dilakukan dengan mengubah setting jumper tertentu, walau sekarang sudah banyak motherboard memberikan opsi Clear CMOS berupa tombol di bagian belakang motherboard. Jika Anda tidak mengalami keadaan hingga gagal booting, sebuah setting pada BIOS yang bernama ‘Load Optimized Default’ sudah cukup untuk mengembalikan semua setting seperti keadaan awal.
Mitos 7: OC Butuh Hardware Mahal

Jangan salah, walaupun kami senang bermain dengan hardware high-end khusus overclocking, namun ada juga overclocking yang bisa dilakukan dengan hardware murah. Selama platform yang Anda pilih mendukung overclocking, umumnya Anda bisa mendapatkan kecepatan ekstra meski hardwarenya kelas low-end, misalnya saja A8-7650K dan A68 Chipset yang kami uji singkat di sini. Ada juga prosesor Intel dual-core murah, Pentium G3258, yang bisa dipadu dengan Mobo chipset H81 untuk mengejar ekstra performa.
Jadi, walau overclocking kadang terbantu dengan barang high-end, namun overclocking pada hardware murah pun bisa dilakukan selama platformnya mendukung overclocking.
Mitos 8: Overclockability Semua Hardware Sama

Salah total. Meski hardware yang digunakan sama persis modelnya, akan sulit untuk mencari dua buah prosesor yang memiliki kemampuan OC sama persis hingga Mhz terakhir. Ini membuat bahwa hardware yang Anda miliki setting-nya bisa saja berbeda dengan hardware yang orang lain miliki, walau modelnya sama.
Beberapa waktu lalu kami menguji 15 Prosesor Pentium G3258 dengan batch sama persis, dan mendapat hasil yang cukup bervariasi. Prosesor terbaik kami mampu berjalan pada 4.6Ghz 1.25V, sedangkan prosesor terburuknya berjalan pada 4.4Ghz di 1.3V. Jadi, jika Anda sedang membaca panduan overclocking, selalu ingat bahwa setting mereka belum tentu bisa diterapkan di hardware Anda.
Oh ya, satu lagi: yang bisa mencari batas overclockability hardware Anda adalah Anda sendiri. Tidak akan ada gunanya Anda bertanya kepada teman Anda seperti ini: “Saya memiliki Prosesor X, bisa di-overclock sampai berapa ya?”. Kami yakin, rekan-rekan Anda sekalian belum jadi ‘cenayang’ yang bisa mencari tahu batas overclockability tanpa melakukan testing :p















