Overclocking & Binning: 10 Prosesor AMD Ryzen 7 1700
Saat sebuah cpu dengan arsitektur baru dirilis, pengujian yang mendalam dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik dari prosesor tersebut. Prosesor AMD Ryzen yang baru-baru ini diluncurkan, menunjukkan profil prosesor yang agak unik, berbeda dari semua prosesor AMD sebelumnya, dari segi voltage, frekuensi, dan pastinya performa. Salah satu hal yang juga menarik dari prosesor AMD Ryzen ini adalah semua seri prosesor-nya datang dengan unlocked multiplier, menjadikan penggunanya bisa melakukan overclocking jika diinginkan.
Bahkan, sedikit berbeda dengan pesaingnya, AMD tidak memerlukan motherboard kelas paling atas untuk OC, dan mengijinkan overclocking dilakukan pada motherboard kelas menengah – seperti yang sudah kami uji secara singkat pada artikel sebelumnya (Klik disini untuk membaca artikelnya).
Ryzen 7 1700 : Overclocker Friendly
Dari semua lini prosesor Ryzen 7 yang sudah rilis (1800X, 1700X, dan 1700), prosesor termurah di Ryzen 7 yakni 1700-lah yang paling menarik untuk di-overclock, karena ia memiliki clockspeed yang relatif rendah pada keadaan default (3.2Ghz, 1.1v pada 8-core Boost), dan tentunya memiliki lebih banyak ruang untuk dimanfaatkan.
Pada artikel ini, dengan tujuan untuk mencari tahu karakteristik tuning dari prosesor AMD Ryzen 7, kami mengumpulkan 10 prosesor AMD Ryzen 7 1700, untuk di-uji kemampuan overclock-nya. (Persis seperti yang kami pernah lakukan di prosesor Skylake 6700K dulu)
Ruang Lingkup dan Metoda Pengujian
Untuk mencari tahu seberapa jauh variasi prosesor dan tuning headroom yang ada di AMD Ryzen 7 1700, kami menguji 10(sepuluh!) prosesor AMD Ryzen 7 1700 dan melakukan pengujian sebagai berikut:
- Mencari tahu berapa Mhz maksimal tiap-tiap prosesor saat menjalankan Cinebench R15 multi-core pada voltage tertentu(1.25,1.3,1.35, 1.4V)
- Mencari tahu berapa voltage terendah yang bisa diaplikasikan pada setiap prosesor untuk bisa melewati Cinebench R15 pada 3800Mhz.
Batasan
Tentu kami juga menerapkan batasan untuk menjaga pengujian ini tetap sederhana. Batasan yang kami lakukan adalah:
- Menjaga BCLK 100Mhz, tidak diganti
- Voltase yang diganti-ganti HANYA CPU Core Voltage(VCore), DRAM Voltage fix di 1.35v.
- RAM dijalankan pada rating maksimal yang bisa diaplikasikan (DDR4-3200)
Jadi setting OC CPU yang diubah-ubah adalah CPU Multiplier (per 0.25x), dan CPU Core Voltage / Vcore per 50mV (a.k.a VDDCR)
Sekilas, yang kami lakukan ini sama dengan proses binning(seleksi parts) yang dilakukan para system integrator untuk mencari mana CPU yang memiliki kemampuan terbaik untuk lalu di-jual dengan keadaan pre-overclocked.
Testbed
Berikut spesifikasi testbed kami:
- Prosesor: AMD Ryzen 7 1700 (retail)
- Motherboard: ASUS Crosshair VI Hero, 5704 BIOS
- RAM: G.Skill TridentZ DDR4-3600C16D 2x8GB (dijalankan pada DDR4-3200)
- VGA: Galax GeForce GT 710
- SSD: Toshiba Q300 Pro
- PSU: Corsair AX1200i
- Heatsink : Noctua NH-U12S SE-AM4 + Fan Noctua NF-F12 iPPC-3000
- OS: Windows 10 Pro 64-bit
Setting BIOS
Berikut setting yang kami jalankan untuk mem-boot sistem:
- Ai Overclock Tuner : Manual
- BCLK Frequency: 100
- CPU Core Ratio: 37
- Memory Frequency: DDR4-3200
- DRAM Timing: 16-16-16-36 (CAS-tRCD-tRP-tRAS)
- Digi+ Power – CPU Loadline : Level 3
- Digi+ Power – CPU Current capability : 130%
- CPU Power Duty / Power Phase Control : Extreme
- CPU Core Voltage: 1.25V
- CPU SOC Voltage : AUTO (1.15v)
- DRAM Voltage : 1.35V
Berikut tampilan setting yang kami aplikasikan:
Fine-tuning : TurboV Core & am4_pcratio
Setelah sistem boot ke OS, kami mengaplikasikan beberapa fine-tuning dengan software:
TurboV Core – Untuk mengubah Vcore
am4_pcratio – untuk mengubah CPU ratio/multiplier
Tampilan CPU-Z saat sistem di-boot akan terlihat seperti ini:
Baik, mari lihat hasil binning kami di halaman berikutnya!