Analisis: GeForce GTX 1660 Ti di CPU Low-end (AMD Ryzen 3 2200G)

Belum lama ini, NVIDIA menghadirkan solusi GPU mainstream non-RTX mereka untuk kelas di bawah 300 USD, GeForce GTX 1660 Ti. GeForce GTX pertama dengan arsitektur Turing tersebut nampak diposisikan untuk menjadi alternatif bagi pengguna yang masih ragu untuk mengeluarkan dana lebih untuk GPU kelas RTX 2060. Bagaimana dengan performa-nya? Cukup untuk mendekati sebuah GTX 1070 Ti (bukan 1070 non-Ti / Polos), sedangkan RTX 2060 akan sedikit lebih kencang dari GTX 1660 Ti (10% atau lebih, bergantung pada model).
Berbicara harga, bergantung pada model Graphics Card, umumnya kami melihat perbedaan sekitar 1 Juta Rupiah antara GTX 1660 Ti dan RTX 2060 di kelas serupa(Saat artikel ini rilis, GPU GTX 1660 Ti umum ditemukan pada kisaran 4.7 – 5 Juta-an dan kebanyakan RTX 2060 ada di 6 – 7 Juta Rupiah, dengan 1 USD = 14000 IDR). Sejauh ini masih banyak pro/kontra mengenai value dari GPU GTX 1660 Ti, karena pengguna di bugdet kelas ini ada yang memang budgetnya sudah ‘ngepas’, dan ada juga yang masih rela menambah untuk mendapatkan RTX 2060.
Baca Juga: Overclocking & Review MSI GTX 1660 Ti Gaming X


Prosesor: Apa yang Cocok?
Berbeda dengan VGA high-end dimana si pengguna umumnya sudah memiliki spesifikasi sistem relatif tinggi, pengguna yang ingin upgrade di kelas GPU 1660 Ti ini akan punya satu pertanyaan tambahan:
“Prosesor apa yang cocok supaya GPU-nya Optimal?“
Ya, kekhawatiran akan ‘bottleneck’ pada CPU/sistem ini cukup sering terdengar terutama pada pengguna sistem kelas menengah yang umumnya menggunakan prosesor/sistem lama mereka. Untuk itu, sebagai sebuah data tambahan untuk melengkapi pengujian GTX 1660 Ti, kami menambahkan sebuah analisis singkat dimana kami secara sengaja menjalankan GPU GTX 1660 Ti pada sebuah CPU low-end, dan melihat sejauh mana perbedaan performa-nya dibanding testbed umum kami.
Bottleneck: Pahami Dulu!
Definisi
Artikel kali ini akan sering melibatkan istilah bottleneck, sehingga ada baiknya kita membahas itu terlebih dahulu.
Istilah ‘bottleneck‘ merupakan sebuah masalah yang sudah lama menjadi topik diskusi hangat bagi para PC Enthusiast. Secara umum, bottleneck dalam konteks performa PC didefinisikan sebagai sebuah keadaan dimana salah satu komponen dalam sistem PC menyebabkan performa sistem secara keseluruhan menjadi terhambat. Sayangnya diskusi mengenai topik tersebut lebih sering mengundang kesalahpahaman karena minim-nya informasi dan pengetahuan mengenai kata bottleneck itu sendiri.
Banyak pengguna PC yang belum sadar bahwa aspek bottleneck itu sendiri tidak hanya disebabkan aspek hardware, karena pembahasan bottleneck harus dilakukan dengan juga menimbang SKENARIO PAKAI-nya. Pertanyaan “CPU A digabung dengan VGA B nanti bottleneck nggak ya?” adalah salah satu contoh pertanyaan umum soal bottleneck yang kurang tepat, karena ini hanya membahas hardware-nya saja.
Untuk mendapat jawaban yang lebih akurat, pertanyaan di atas perlu diubah ke: “CPU A digabung VGA B pada Aplikasi/Game C dengan setting D nanti bottleneck nggak ya?” (Tentu ini bicara hanya konteks gaming, karena skenario penggunaan yang berbeda akan mengakibatkan bottleneck terjadi pada berbagai tempat yang berbeda juga).
Informasi yang kurang lengkap mengenai topik bottleneck akhirnya berkembang menjadi banyak info yang salah dan misleading, seperti “Bottleneck akan merusak hardware” , “Bottleneck terjadi karena ada hardware yang kurang cocok” , dan lain sebagainya.
Video
Kami pernah membuat video soal bottleneck di tahun 2016 lalu, dan mungkin ini bisa membantu Anda memahaminya lebih mendalam:
Metode Pengujian & Testbed
Pengujian ini cukup sederhana, kami menjalankan game test yang umum kami jalankan pada GPU di sebuah konfigurasi prosesor low-end, dengan resolusi paling umum yakni 1080p.
Berikut spesifikasi detailnya:
Spesifikasi Testbed Utama

- Prosesor: Intel Core i9-7900X ‘Skylake-X’
- Motherboard: ASUS ROG STRIX X299-XE
- RAM: HyperX Predator RGB DDR4-3200CL16 4x8GB
- VGA: MSI GeForce GTX 1660 Ti Gaming X 6G
- SSD: HyperX 3K 240GB
- PSU: Corsair AX1200i
- CPU Cooler: Cooler MasterLiquid 240
- Case: No Case, Open Bench Table (suhu ambient 25C)
- OS: Windows 10 64-bit, 1809 Update
Spesifikasi Testbed CPU Low-End

- Prosesor: AMD Ryzen 3 2200G
- Motherboard: MSI B450M Pro-VDH
- RAM: Corsair Vengeance LPX 2x8GB (Run @ DDR4-2933CL16)
- VGA: MSI GeForce GTX 1660 Ti Gaming X 6G
- SSD: HyperX 3K 240GB
- PSU: Corsair AX1200i
- CPU Cooler: AMD Wraith Stealth (Stock Cooler)
- Case: No Case, Open Bench Table (suhu ambient 25C)
- OS: Windows 10 64-bit, 1809 Update
Keterangan Pemilihan Hardware Murah
Ryzen 3 2200G kami pilih karena ini adalah prosesor 4-core murah (di bawah 1.5 Juta Rupiah saat artikel ini rilis) yang memiliki ‘price vs performance’ menarik di kelasnya, dan kami pasangkan ke sebuah B450 kelas value, MSI B450M Pro-VDH. Ukuran RAM 16GB yang kami gunakan mungkin sedikit ‘berlebihan’, namun ini kami lakukan untuk memastikan tidak ada game modern yang bermasalah dengan ukuran RAM 8GB, sehingga faktor utama yang menyebabkan perbedaan performa antara kedua sistem adalah performa prosesor. Kecepatan RAM di sistem AMD ini kami set pada DDR4-2933 CL16-18-18-36, konfigurasi yang cukup umum digunakan pada Ryzen 3 2000-series (diset dari Preset memory try it pada BIOS).
Baca Juga: Hands-on Review & Overclocking CPU 4-Core Murah: Ryzen 3 1200 vs Ryzen 3 2200G vs Core i3-8100

System Summary
Prosesor tidak di-overclock (hanya RAM berjalan di DDR4-2933 CL16), berikut spesifikasi detail dari sistem, seperti yang dibaca dari HWiNFO:

Display: Viewsonic XG2401 – 1080p 144hz

Sebagian besar pengguna masih menggunakan resolusi 1080p (1920×1080) hari ini, jadi semua pengujian kami menggunakan skenario resolusi 1080p. Penggunaan monitor Viewsonic XG2401 dengan refresh rate tinggi(120-144Hz) seperti ini kami butuhkan untuk melihat seberapa jauh perbedaan kualitas visual dan lebih mudah mendeteksi stuttering pada saat game sudah berjalan di atas 60 FPS.
Game Test
Berikut daftar game yang digunakan:

Jika game tersebut memiliki internal benchmark tool, kami menjalankan tool tersebut lalu mengukur framerate/frametime-nya dengan Tool FRAPS yang kemudian dianalisa dengan tool FRAFS Bench Viewer untuk mencari nilai average FPS dan 99th percentile FPS (1% Minimum FPS)-nya. Sebaliknya, kalau game tersebut tidak memiliki internal benchmark tool, kami menjalankan sebuah skenario gameplay singkat.
*Sebagai catatan, pada game dengan API Next-gen seperti Vulkan dan DX12 yang tidak bisa di-logging dengan FRAPS, kami menggunakan tool benchmark MSI Afterburner – RIvaTunerStatisticsServer(RTSS) untuk pengukuran average FPS & 1% Min FPS
Tambahan: Average FPS vs 1% Minimum FPS
Ada beberapa skenario pengujian dalam gaming yang menghasilkan variasi framerate cukup tinggi yang tidak bisa terdeteksi oleh penghitungan average FPS(frame per second) saja. Setelah menganalisa lebih lanjut, kami menemukan bahwa ada juga cara sederhana untuk menentukan apakah sebuah sistem PC mengalami ‘stutter’ yang parah atau tidak. Salah satunya adalah dengan melakukan analisis pada data frame time, dan mencari data 1% frame yang ‘terburuk’ dari sekumpulan data frame time (kami menyebutnya 1% Minimum Framerate, atau dikenal dengan nama umum 99th percentile frame time).
Ada banyak tool yang sudah bisa mendeteksi 1% minimum framerate, misal seperti FRAFS Bench Viewer, Tool sederhana ini dapat menghitung secara otomatis bagian 1% Minimum Frametime, lalu Tool overlay / benchmark modern seperti Riva Tuner Statistics Server (RTSS) juga sudah memiliki pengukuran ini terintegrasi.
[caption id="" align="aligncenter" width="500"] FRAFS bisa dengan mudah menunjukkan 1% minimum framerate pada ‘1% Time’[/caption]
Pada sampel data frametime berikut, terlihat bahwa data Average(hijau) tidak terlalu mencerminkan ‘spike’ yang terjadi, sedangkan data 99th percentile-nya(merah) lebih mendekati sebagian besar lonjakan yang terjadi sepanjang game berlangsung.
Tentunya, PC yang nilai ‘1% minimum FPS’-nya jauh lebih rendah dari FPS rata-rata, pastinya akan mengalami ketidaknyamanan berupa berbagai kejadian ‘stutter’ dalam game.
Mari mulai!
Pengujian Prosesor Pembanding oleh Ivan Rachmatsyah Akbar ‘IvanCupa’
Pengujian Prosesor Utama dan Editing oleh oleh Alva Jonathan ‘Lucky_n00b’