Overclocking Review: AMD Wraith Cooler + FX-8370
Cooling Performance Test: CPU

Menggunakan AMD FX-8370 kami melakukan pengukuran suhu Prosesor dengan AMD Wraith Cooler dan juga AMD D3 Stock Cooler.
Setting CPU
Tujuan utama dari pengujian kami adalah melihat seberapa jauh cooler baru dari AMD ini bisa menahan berbagai konfigurasi. Tentu, kami akan meng-overclock CPU kami, namun masih menyertakan performa CPU tersebut dalam keadaan default. Perlu dicatat, kami tidak melakukan pengujian OC pada stock cooler yang lama karena suhunya sangat tinggi.
Setting 1 – 4400Mhz, 1.4V

Setting 2 – 4600Mhz

CnQ Tetap Hidup

Setting Fan

Kami menggunakan dua buah setting fan pada Wraith, yakni setting 100%, dan setting 75%. Semua pengujian overclocking hanya dites pada fan 100%.
Program yang Digunakan
- LinX 0.6.4 – Aplikasi yang kami gunakan untuk memberi beban kerja kepada prosesor. Dengan aplikasi ini, kami juga sekaligus membebani Memory Controller pada prosesor dengan mengatur agar LinX memenuhi penggunaan memory sebanyak 6144 MB.
- HWiNFO & AMD OverDrive– Aplikasi yang digunakan untuk memantau suhu maksimum dan minimum prosesor selama pengujian
- CPU-Z 1.75 – Aplikasi yang digunakan untuk memberikan informasi mengenai kecepatan CPU yang sedang berjalan.
Skenario Pengujian
Skenario pengujian kami sebagai berikut:
1) Gaming Load: Menjalankan Watch_Dogs yang diset pada 1080p Preset high selama 10 Menit

2) Linx Load: memberikan Full Load kepada CPU selama +/- 10 Menit dan Idle Time +/- 5 Menit.
*NB: Keadaan Idle adalah keadaan sistem didiamkan setelah mendapatkan load setelah pengujian.

Kami menggunakan dua buah skenario dengan load CPU yang berbeda karena menurut kami kadang keadaan ‘worst-case’ load dari program stress-test terlalu berat, dan tidak mencerminkan keadaan CPU pada real-life load yang sebenarnya. Sebagai tambahan, pengujian LinX load hanya dijalankan dalam keadaan CPU di default, sedangkan pengujian gaming load dilakukan pada semua setting CPU
HWiNFO mengukur suhu CPU menggunakan sensor fintek yang ada di Motherboard, sedangkan AMD OverDrive memantau Thermal Margin di dalam CPU. Kami harus menggunakan 2 sensor yang berbeda ini karena pengukuran suhu di prosesor AMD agak ‘unik’. (Baca artikel kami ini untuk penjelasan lengkap mengenai pengukuran suhu di prosesor AMD)
Suhu ruang saat pengujian berlangsung dijaga pada 26 – 27C

Berikut hasilnya:
Sensor Fintek di Motherboard – HWiNFO
CPU Temperature – default

CPU Temperature (Gaming Load) + OC, Fan 100%

Terlihat bahwa performa AMD Wraith Cooler JAUH meninggalkan pendingin yang lama. Performa AMD Wraith pada fan 75% bahkan masih lebih baik dari Stock Cooler lama pada 100%! Tercatat ada perbedaan 10C antara AMD Wraith dan AMD old Stock Cooler. Yang mengesankan, pada skenario overclocking di gamind load, perbedaan suhu load antara keadaan default vs overclock tidak terlalu jauh.
Hal yang sama tercatat juga pada pengukuran AMD Thermal Margin pada AMD OverDrive:
AMD Thermal Margin – AMD OverDrive
Catatan: Thermal Margin menunjukkan JARAK antara suhu prosesor ke batas maksimum yang diijinkan, jadi nilai ini makin BESAR makin bagus. Nilai mendekati 0 berarti CPU tersebut dekat dengan batas suhu maksimumnya.
Thermal Margin – default

Thermal Margin (Gaming Load) + OC, Fan 100%

Sama persis dengan sensor di motherboard, sensor AMD Thermal Margin pada AMD OverDrive menunjukkan bahwa cooler AMD Wraith mengungguli stock Cooler yang sebelumnya. Pada load LinX, bahkan cooler AMD D3 yang sebelumnya menunjukkan angka yang sangat dekat dengan batas maksimal CPU tersebut.