Overclocking Review Ryzen 5 2600 & Ryzen 7 2700 : Pinnacle Ridge Non-X vs X-series
Synthetic Benchmark
Synthetic Benchmark atau Benchmark sintetis merupakan suatu software yang secara spesifik mensimulasikan suatu program yang biasanya di jalankan pada kehidupan sehari-hari, dan nantinya memberikan penilaian akan performa PC yang kita miliki. Benchmark sintetis biasanya memiliki workload yang konstan sehingga dapat diulang dan output hasil dari benchmark memiliki selisih margin of error yang sangat kecil. Meski benchmark sintetis dapat menguji performa PC dengan mudah, ada keadaan dimana ia belum tentu dapat mewakili kondisi real life.
Berikut ini adalah hasil performance test dengan berbagai benchmark sintetis yang umum kami gunakan:
Cinebench R15 (version 15.038)
Cinebench R15 merupakan aplikasi benchmark untuk mengukur kemampuan prosesor atau graphics card saat melakukan rendering sebuah objek 3D. Hasil pengujian disajikan dalam bentuk skor. Semakin tinggi skor yang dihasilkan, berarti semakin cepat pula PC Anda melakukan operasi rendering. Kami mengambil 2 (dua) skor, yakni dengan konfigurasi Multi-Core untuk melihat performa multi-threaded, dan juga konfigurasi Single-Core untuk melihat performa single-threaded.
Geekbench 3
Geekbench adalah sebuah benchmark singkat yang dapat mengukur kemampuan prosesor dalam menangani beberapa workload integer dan floating-point, sekaligus juga kemampuan memori yang terdapat dalam sistem. Data disajikan dalam bentuk skor, semakin besar semakin baik. Kami mengambil skor Single-Core dan Multi-Core
Real-World Application Benchmark
Pengujian benchmark sintetis bisa saja mencerminkan karakteristik performa hardware tertentu pada aplikasi nyata(real-world apps), namun ada keadaan dimana benchmark sintetis tidak menunjukkan peningkatan yang terjadi saat pengguna-nya menggunakan aplikasi tertentu. Ini yang membuat kami juga menyertakan beberapa pengujian performa dengan skenario real-world application untuk membuat pengujian kami sedikit lebih akurat.
3D Rendering – Blender 2.78a
Blender dikenal sebagai aplikasi 3D modeling yang gratis dan juga open source. Kami menggunakan aplikasi ini untuk menguji performa prosesor dalam melakukan render pada objek 3D, yang akan menyiksa semua core yang dimiliki Prosesor. Untuk Workload-nya sendiri, kami menggunakan Blenchmark 1.06 (Blenchmark.com), hasil pengujian disajikan dalam satuan waktu yaitu detik. Semakin sedikit waktu yang dibutuhkan, semakin baik.
Batch Image Resizing – FSResizer
FSResizer ini merupakan aplikasi freeware yang umum untuk digunakan melakukan batch image conversion / rename / resize gambar mendukung berbagai format. Selain itu aplikasi ini juga bisa digunakan untuk memberikan watermark pada suatu gambar. Aplikasi ini sendiri bekerja dengan menuntut kemampuan single-threaded dari suatu prosesor. Pada pengujian ini kami akan mengubah 100 file JPEG dengan ukuran 3MB sampai dengan 6MB menjadi suatu JPEG kecil dengan standar ukuran 500 Pixel. Indikasi performa yang digunakan adalah waktu yang dibuthkan untuk menyelesaikan konversi JPEG tesebut, semakin cepat maka semakin baik.
Keterangan
- Melihat skor benchmark pada skenario ‘Single Core’, perbedaan performa antara seri X dan Non-X tidak begitu jauh, walau jelas 2600X dan 2700X menunjukkan performa single-core yang superior karena Boost-nya lebih tinggi, melakukan All-core OC pada 2600 dan 2700 tidak membantu prosesor Non-X mengejar prosesor seri X di skenario single-core.
- Pada benchmark multi-core, Ryzen 5 2600 dan 2600X tidak menunjukkan perbedaan besar, ini terjadi karena all-core boost dari 2600 ‘polos’ sudah diset cukup tinggi.
- Overclocking ke 4Ghz pada Ryzen 5 2600 hanya meningkatkan performa sedikit, menjadi relatif serupa dengan 2600X pada multi-core load, namun Single-Core performance 2600 yang diOC 4Ghz tidak mengejar 2600X default.
- Mengingat all-core boost pada Ryzen 2700 diset relatif rendah pada sekitar 3.4 Ghz-an, melakukan OC pada Ryzen 2700 ke 4Ghz memberikan peningkatan performa yang berarti di Multi-core benchmark.